Monday, January 12, 2015

Surat Terbuka Dari Calon Istriku

Saat aku sedang keras kepala – peluk aku dan ingatkan — mau tak mau salah satu dari kita harus diam. Cinta bukan kompetisi yang perlu menghitung poin menang-kalah. Waktu kau lelah menghadapi egoismeku, bicaralah. Calon istrimu ini tak pandai membaca kode tanpa arah. Di titik kau tak mampu lagi dan ingin pergi, ingat kembali. Tuhan tak mungkin mempersatukan kita dengan suci hanya untuk semudah itu diakhiri.

Maukah kau jadi kawan terbaikku membangun masa depan? Jadi orang yang aroma badannya kuhirup saban malam. Pria yang namanya tak pernah alpa kusebut di tiap sujud dan tangkupan tangan.

Kita akan memulai segalanya dari nol. Barangkali kau dan aku tak akan langsung hidup nyaman. Rumah kontrakan sederhana juga sudah cukup membahagiakan.

Sudikah kamu jadi Bapak dari anak-anakku? Mereka yang akan kita dewasakan bersama. Nyawa-nyawa baru yang akan kita biasakan untuk rajin membaca. Tak mengalah pada kuasa tablet digital yang membuat mereka kian tak peka. :')

Maukah kau menghabiskan masa denganku? Dengan rendah hati menerima segala kurang dan lebihku, mengingatkanku untuk lebih bersabar setiap nada suaraku mulai meninggi karena kesal. Aku tak bisa menjanjikan apa-apa, selain akan lebih berusaha untuk jadi wanita yang membahagiakanmu dalam berbagai masa.


Malam

6 comments: