Wednesday, February 12, 2014

Relatif

Panggung 1: Jauh di sebuah dusun nelayan dengan bau laut yang kental. Seorang paman menanyakan kabar keponakannya yang telah lama pergi ke kota. Dengan bangga, ibunya menjawab, "Syukurlah, sekarang hidup Bejo sudah enak. Dia bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung tinggi."

NamakuTanpaSpasi_Relatif

Panggung 2: Di sebuah gedung perkantoran di tengah kota yang sibuk. Seorang bos berdasi menanyakan tentang pegawai yang tampak lusuh. Dengan gugup, manajernya menjawab, "Namanya Bejo pak! Pegawai redahan di bagian kebersihan. Sayang, nasibnya tidak sebaik namanya." Aha! Betapa relatifnya nilai sebuah pekerjaan. Dari satu sudut pandang, sesuatu yang di banggakan ternyata tak ubahnya cemoohan. Namun dari sudut lain, sebuah ejekan ternyata sumber harapan panjang. Begitulah bila pikiran mulai menilai-nilai apa yang disebut "kemujuran" hidup, maka pada saat yang sama ia memisah-misahkan orang ke dalam kelas-kelas yang berbeda. Padahal, melalui tatapan hati nurani, tiadalah lebih berharga jabatan tinggi di hadapan jabatan rendah. Ketika kamu menghargai dan membersihkan diri dari peringkat-peringkat "keberuntungan", di saat itu kamu mampu mendengar bisikan nurani.

Kata Bijak hari ini!
"Sedikit sekali orang kaya yang memiliki hartanya sendiri.
Hartalah yang memiliki mereka." (Robert G. Ingersoll)

0 comments:

Post a Comment